Selasa, 21 Agustus 2012

Sepotong Rasa Pada Pagi Sebelum Subuh


Jul 14, '12 2:33 AM
for Rana's contacts
Mungkin pada suatu waktu yang lalu, aku bahkan tak mengerti kenapa bumi itu bulat...
Kenapa awan itu putih...
Kenapa langit bisa begitu cerah...lalu tiba-tiba kelabu...lalu menjadi gelap...dan kemudian hujan datang dan membasahi bumi selama berhari-hari lamanya. Seolah, ledeng di atas sana ada yang bocor, dan tukangnya belum bisa datang karena terjebak banjir...

Mungkin pada suatu waktu yang lalu, aku bahkan tak mengerti kenapa saat orang sedih bisa menangis, meraung-raung, membanting barang, atau malah tertawa, atau hanya diam di sudut ruangan selama beberapa jam lamanya sampai mengunyah nasi uduk yang disiapkan dengan susah payah oleh salah satu anggota keluargamu, tak lagi selera untuk sekedar ditengok. Padahal itu adalah makanan favoritmu...

Ketika aku tumbuh dewasa dan akhirnya mengenal cinta, aku kemudian mencoba untuk mengerti kenapa pria begitu rumit untuk bisa dipahami.

Kadang mereka begitu menyenangkan ...
Kadang mereka begitu menyebalkan ...
Tapi ternyata ada yang begitu suka bermain teka-teki perasaan ...

Aku mencoba memahami ...
Namun aku terlalu lelah untuk mencari jawaban yang sebenarnya ...

Lalu saat akhirnya aku memilih untuk bertahan pada pilihan yang ku jalani sekarang dan aku memutuskan untuk mulai berjalan meninggalkannya, hatiku masih tertinggal di sana...

Tapi kereta yang ku tumpangi sudah mulai kencang melaju, sementara aku sudah ada di dalamnya, ikut meneruskan perjalanan ...


-Rana



2 CommentsChronological   Reverse   Threaded
moestoain wrote on Jul 14
Akupun pernah merasakan suatu saat wanita begitu sempurna, indah dan menenangkan jiwa. Namun begitu banyak tanda tanya ketika ia tak lagi bicara dan menyapa? Entah apa yang ia inginkan, menguji atau mempermainkan hati hingga semua terasa mengesalkan dan tiada lain yang terucap kecuali satu permintaannya "kuharus punya kesabaran!"
tintin1868 wrote on Jul 14
jadi mo kemana nih rana?
hati masih tertinggal.. sering merasa gitu deh kalu pulang..

Minggu, 19 Agustus 2012

Rencana

Apr 29, '12 1:26 AM
for Rana's network
Dibalik layar monitor ini aku menyadari bahwa sesungguhnya hidup itu keras. Dan kadang aku merasa sangat lelah dan sendirian. Tapi,alih-alih mengungkapkan itu semua, aku memilih untuk memeranginya, belajar memeranginya, lebih tepatnya. Lebih menahan diri. Lebih sabar. Lebih berkonsentrasi pada proyek-proyek. Lebih berusaha menempatkan diri ke sebuah area di mana saat-aku-merasa-sangat-sedih-ingatkan-aku-untuk-melihat-cerita-orang-lain-yang-sakitnya-jauh-lebih-sakit-yang-kerja-kerasnya-jauh-lebih-keras-dan-mereka-tetap-menegakkan-kepalanya-dan-mereka-kemudian-sukses-dengan-gilang-gemilang-sehingga-karena-itu-aku-tidak-boleh-menyerah.
Hidup itu memang keras. Dan kadang saat kamu memiliki niat cukup baik, tak semua orang akan setuju dengan apa yang kamu lakukan. Sebagian bahkan memperbincangkan dan mencemooh. Atau, sederhananya, mereka pura-pura tak tahu kalau ucapanmu pernah ada.
Atau mungkin karena mimpi dan rencanaku kelewat yang tinggi sehingga saat aku dihadapkan pada sebuah kenyataan bahwa langkah mereka tak segiat, secepat, seniat, setujuan dengan diriku, aku yang kecewa sendiri. 
And, yeah, it’s hurt sometimes. 

Pada bulan-bulan ke depan, rencana-rencana telah disusun. Sebagian rencana itu sering membuatku menelan ludah karena berkaitan dengan dana yang cukup besar, sementara rencana yang lain, salah satunya adalah merencanakan untuk menerbitkan “Fleur” kembali-sesuai saran malambulanbiru- lewat self publishing tanpa embel-embel logo lain selain Ninelights .
Alasan rencana penerbitan novel Fleur ini lagi memang masih berkaitan dengan proyekku selanjutnya nanti. Tapi lebih dari itu semua, Fleur, meski bukan novel terbaik, setelah kubaca ulang, dia itu tetap bukan sebuah aib yang patut disembunyikan. 
Itu adalah novelku, ‘bayi’ku. Lha, masa aku malu sama ‘bayi’ yang aku lahirin sendiri?
Dan untuk novel ke dua, dulu aku pernah berencana akan mengirimkan novel ini ke penerbit lain kalau penerbit yang satu ini menolak. Tapi setelah kubaca ulang, aku memutuskan untuk merevisi 80% isi di dalamnya. Ini bisa diartikan dengan hampir menulis novel baru lagi.
Aku tahu, teman-teman pasti ingat bahwa dulu aku pernah membuat 30 Hari Menulis Novel untuk karya keduaku ini. Dan waktu itu, deadline-ku terpenuhi. Hanya sayangnya, isinya memang kurang matang. Kurang sempurna. Dan ketika berbulan-bulan kemudian kubiarkan dia berkelana untuk dibaca penerbit dan lalu aku kembali untuk membacanya lagi, aku harus mengakui, karyaku memang wajib ain untuk direvisi. Dan lebih dari itu, ternyata aku merasa sangat bersyukur karena revisi ini membuatku belajar untuk lebih memperdalam dan mengenal karakter tokoh-tokohnya.
Rencana semula, novel ini akan kuikutkan lomba. Tapi, ah, tidak, kali ini aku tidak ingin sesumbar menjanjikan deadline selesai dalam waktu dekat sementara aku merasa belum melakukan persiapan cukup matang pada tokoh-tokohnya.
Inginnya tahun ini selesai. Tapi mungkin jika perlu, aku akan mengikuti jejak Neil Gaiman yang memperdalam tokoh Coraline hingga 9 tahun kemudian akhirnya muncul ke publik? Hehehe. Ketinggian sih, membandingkannya, but, well … cari jalan terbaik untuk novel ke dua ini aja deh sementara mungkin bisa mencuri waktu untuk mulai membedah outline novel ke tiga, dan ke empat yang terbengkalai di belakang sana.

Anyho, bulan depan, kakakku mau menikah.  Doakan lancar semuanya yah, teman-teman.
Sekian dulu cerita hari ini. Have a great day, everybody!